“Aku rindu arwah ayah aku.” Terbaca status seorang teman di Facebook.
Maka ini buat kamu.
Kau tahu ujian paling berat buat Nabi itu apa?
Saat dicemuh bertalu-talu kaum musyrikin Mekah?
Tidak.
Saat dibaling batu dan dipukul sehingga berdarah di Taif?
Tidak.
Bahkan saat yang paling di rasa berat buat Nabi adalah apabila wafatnya Abu Talib dan Khadijah.
Abu Talib. Si pak cik yang sudah seperti bapa. Dari kecil dia ke hulu ke hilir mengikut Abu Talib meniaga. Si pak cik yang berdiri tegas memberi perlindungan kepada Nabi saat Abu Jahal dan Abu Lahab dengan rencana-rencana jahat mereka. Meski tidak seagama tetaplah dia cinta akan Nabi dan Nabi pula cinta kepadanya.
Khadijah. Sang isteri tercinta. Rumah tempat pulang istirahat. Penyokong paling dekat baginda. Bahkan saat pertama kali wahyu turun, si isteri lah yang tidak penat berada di samping. Menenangkan sang suami. Isteri yang sering sahaja disebut namanya sehingga Aisyah pun pernah menjadi cemburu. Dia cinta akan Nabi dan Nabi pun cinta kepadanya.
*Teringat kisah Khadijah meminang Nabi s.a.w..* Senyum.
Lalu diangkatlah Nabi. Insan maksum yang sekuat-kuat dia berpegang kepada tali Allah tetaplah merasa sedih akan kehilangan insan tersayang. Dipujuknya Allah. Di israkkan ke baitul maqdis. Diangkat kan ke langit. Bukti cinta Allah pada kekasihNya. Kekasih yang paling dekat denganNya. Yang sesudah berbagai cobaan diberi masih tetap teguh menyebarkan dakwah tanpa putus asa. Inilah manusia yang diangkat darjat setinggi-tingginya oleh Allah. Insan mulia bernama Muhammad S.A.W.
Lalu kita, sudah bersediakah kita?
Untuk menghadapi mehnah-mehnah yang mendatang. Untuk ditinggikan pula darjat kita disisinya. Untuk menyambung panji-panji perjuangan sesudah Nabi dan para sahabat.
“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut, 29: 3).
Sedangkan keluh kesah sudah menjadi darah dan daging. Apakah kita mengira kehidupan dunia ini hanya kesenangan semata? Bisa masuk syurga begitu saja.
"Apakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji?" (Al-Ankabut, 29: 2).
Maka pada tiap kesedihan yang dirasa. Rindu yang mencengkam jiwa. Kirimkanlah pada Tuhan. Lewat doa-doamu. Titipkan rindu pada bintang-bintang. Semoga hatimu menjadi tenang. Dan semoga pada tiap-tiap titis air mata yang berjatuhan, dosa-dosamu turut diampunkan.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d, 13: 28)
Aku disini andai kamu perlu aku.
Semoga tetap tabah.
0 comments:
Post a Comment